Kemudian sobat cari kode Ganti kode dengan kode di bawah ini :
readmore »»   si isma

Kamis, 15 September 2011

ANEMIA

LATAR BELAKANG

Anemia merupakan kekurangan zat besi yang biasa diderita oleh wanita hamil pada dasarnyanya anemia merupakan masalah rasional dan berpengaruh sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia.

Menurut WHO kejadian anemia hamil berkisar antara 20%-89% dengan menetap kan hb 11 gr% sebagai besar angka anemia kehamilan di Indonesia menunjukan nilai yang cukup tinggi . how swie tjioeng menemukan angka anemia kehamilan 3,8% pada trimester satu,13,6% pada trimester dua,dan 24,8% pada trimester tiga.akrib sukarman menemukan sebesar 40,1 % di bogor.bakta menemukan 50,7 % di puskesmas kota denpasar sedangkan sindu menemukan 70 % ibu hamil di Indonesia menderita anemia kurang gizi.

Selain itu di daerah pedesaan banyak di jumpai ibu hamil dengan malnutrisi atau kekurangan gizi; kehamilan dan persalinan dengan jarak yang berdekatan ;dan ibu hamil dengan pendidikan dan tingkat social ekonomi rendah.


PENGERTIAN

Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi,jenis anemia yang pengobatanya relatif mudah,bahkan murah.anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional karena mencerminkan nilai kesejahteraan social ekonomi masyarakat,dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia.

Anemia hamil disebut pontesial danger to matter and child ( pontesial membayangkan ibu dan anak ),karena itulah anemia memerlukan perhatian khusus dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan pada lini terdepan.

Baik di Negara maju maupun di Negara berkembang,sesorang di sebut menderita anemia bila kadar hemoglobin (Hb ) kurang dari 10 gr % di sebut anemia berat atau bila kurang dari 6 gr % di sebut anemia gravis.

Wanita hamil mempunyai nilai normal hb 12-15 gr % dan hematokrit 35-54 % angka-angka tersebut juga berlaku untuk wanita hamil, terutama wanita yang mendapatkan pengawasan selama kehamilan.oleh karena itu,pemeriksaan hematrokit dan hemoglobin harus menjadi pemeriksaan darah utin selama pengawasan antenatal.sebaiknya pemerintahan di lakukan setiap 3 bulan atau paling sedikit 1 kali dalam pemeriksaan pertama atau triwulan pertama dan sekali lagi pada triwulan terakhir

PENYEBAB ANEMIA UMUM NYA ADALAH :

Kurang gizi ( malnutrisi ) kurang zat besi dalam diet malabsorpsi
Kehilangan daerah yang banyak : persalinan yang lalu ,haid,dll.penyakit-penyakit yang kronis : tbc,paru,cacing usus,mlaria,dll
Dalam kehamilan, jumlah darah bertambah (hiperemia / hipervolumia ) karena itu terjadi pengeceran darah karena sel-el darah tidak sebanding pertambahanya dengan plasma darah.pembandingan tersebut adalah :
Plasma darah bertambah : 30 %
Sel - sel darah bertambah : 18 %
Hemoglobin bertambah : 19 %
Secara fisologis , pengeceran darah ini adalah untuk membantu meringan kan kerja jantung


A.1.1 BENTUK – BENTUK ANEMIA

1. Anemia defresiasi besi (62,3 %)


Anemia jenis ini biasanya berbentuk normostik dan hipokromik serta banyak dijumpai,penyebabnya sebagai penyebab anemia umumnya.

Pengobatan : keperluan zat besi untuk wanita hamil.non-hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan : FNB amerika serikat (1958):12 mg-15 mg-15 mg
LIPI indonesia (1968) :12 mg-17 mg-17 mg .
Kemsan zat besi dapat di beriakan peroral atau parenteral.
Peroral : sulfas ferasus atau glukonas dengan dosis 3-5 x 0,20 mg
Parenteral :di berikan bila ibu hamil tidak tahan pemberian peroral atau absorbsi di saluran pencernaan kurang baik,kemasan di berikan secara intramskuler atau intravena,kemasan ini antara :imferon,jectofer dan farrigen. Hasil lebih cepat dari pada peroral.

A.1.2 ANEMIA MEGALOBLASTIK

Biasanya berbentuk makrositik atau pernisiosa,penyebabnya :
Kekurangan asam folik,kekurangan vit B12 malnutrisi dan infiksi yang kronit
Pengobatannya : asam folik 15-30 mg perhari vit B12 3x1 tablet perhari.
Pada kasus berat dan pengobatanya peroral hasilnya lamban maka dapat diberikan tranfusi darah.

A.1.3 ANEMIA HIPOPLASTI (8,0 % )

Disebab kan oleh hipofungsi sumsum tulang belakang,membentuk sel-sel darah merah baru.untuk dionosis yang di perlukan pemeriksaan:
Drah tepi lengkap pemeriksaan fungi sternal pemeriksaan retikulosh.
Penyebeb : belum di ketau pasti,kecuali sebab kan oleh infeksi berat,keracunan,dan sinar rongent atau sinar radiasi.
Pengobatan : terapi dengan obat-obat tidak memuaskan mungkin pengobatan yang palin balik yaitu tranfusi darah yang perlu sering di ulang.

A.1.4 ANEMIA HEMOLITIK ( SEL SICKLE)(0,7%)

Di sebabkan pengacuran atau pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari pada pembutannya.
Ini dapat disebabkan oleh :
- faktor intrakorpuskoler : dijumpai pada anamia hemolitik,heriditer,talasemia,anemia sel sitkle ( sabit ),hemoglobininopati C,D,G,H,I dan paraksimal noktural hemoglobinuria.
- faktor ekstrakorpuskoler : disebab kan maleria,sepsis,keracunan zat logam dan dapat berserta obat-obatan : leukimia,penyakit,hodgkin,dll.

Gejala utama :

Anemia dengan kelainan – kelainan gambaran darah kelehan dan kelemahan gejala komplekasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital.

Pengobatan : bergantuk pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya,bila disebab kan oleh oleh infeksinya diberantas dan diberikan obat-obatan penambahan darah.namun pada beberapa jenis obat-obatan,hal ini tidak memberikan hasil.maka tranfusi darah yang berulang dapat membantu penderita.


B.PENGARUH ANEMIA PADA KEHAMILAN

1.pengaruh anemia pada kehamilan.

a.bahaya selama kehamilan
dapat terjadi abortus persalinan prematuritas hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim mudah terjadi infeksi ancaman dekoinpensasi kordis (Hb < 6 gr % )
mola hidatidosa hiperemesis gravidarum pendarahan antepartum ketuban pecah dini.

b. Bahaya saat persalinan
gangguan his kekuatan mengejan kala pertama dapat berlangsung lama,dan terjadi partus terlantai kala dua berlangsung lama sehingga dapat melelehkan dan sering memerlukan tindakan opersi kebidanan.kala urone dapat di ikuti retensio plasenta,dan pendarahan postpartum karena atonia uteri,kala empat dapat terjadi pendrahan post partum sekunder dan antonia uteri

C.PADA KALA NIFAS

Terjadi subinvolusi uteri menimbulkan pendarahan post partum memudah kan infeksi puerpertum pengeluaran ASI berkurang dan terjadinya dekompisasi kordis mendadak setelah persalinan anemia kala nifas mudah terjadi infeksin mainmae.

2.bahaya terhadap janin
Akibat anemia dapat terjadi gangguan dalam bentuk :
Abortus terjadi kematian intro uterin persalinan prematuritas tinggi berat badan lahir rendah dapat terjadi cacat bawaan bayi mundah mendapatkan infeksi sampai kematian perinatal intelengensi lemah.

SUMBER PUSTAKA

Manuaba, Ida Bagus Gede.1998 ,Ilmu kebidanan , Penyakit kandungan & keluarga berencana untuk pendidikan Bidan , EGC, Jakarta.

Mochtar , Rustam.1998 , Sinopsis obstresi , Jilid 1 , EGC , Jakarta

Pemeriksaan Fisik Pada Bayi Dan Balita

Pemeriksaan fisik pada bayi
Merupakan pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh bidan, perawat, atau dokter untuk menilai status kesehatan yang dilakukan pada saat bayi baru lahir, 24 jam setelah lahir, dan pada waktu pulang dari rumah sakit. Dalam melakukan pemeriksaan ini sebaiknya bayi dalam keadaan telanjang di bawah lampu terang, sehingga bayi tidak mudah kehilangan panas. Tujuan pemeriksaan fisik secara umum pada bayi adalah menilai status adaptasi atau penyesuaian kehidupan intrauteri ke dalam kehidupan ekstrauteri serta mencari kelainan pada bayi. Adapun petneriksaan fisik yang dapat dilakukan pada bayi antara lain sebagai berikut:

Hitung Frekuensi Napas
Pemeriksaan frekuensi napas ini dilakukan dengan menghitung rata-rata pernapasan dalam satu menit. Pemeriksaan ini dikatakan normal pada bayi baru lahir apabila frekuensinya antara 30-60 kali per menit, tanpa adanya retraksi dada dan suara merintih saat ekspirasi, tetapi apabila bayi dalam keadaan lahir kurang dari 2.500 gram atau usia kehamilan kurang dari 37 minggu, kemungkinan terdapat adanya retraksi dada ringan. Jika pernapasan berhenti beberapa detik secara periodik, maka masih dikatakan dalam batas normal.

Lakukan Inspeksi pada Warna Bayi
Pemeriksaan ini berfungsi untuk inengetahui apakah ada warna pucat, ikterus, sianosis sentral, atau tanda lainnya. Bayi dalam keadaan aterm umumnya lebih pucat dibandingkan bayi dalam keadaan preterm, mengingat kondisi kulitnya lebih tebal.

Hitung Denyut Jantung Bayi dengan Menggunakan Stetoskop
Pemeriksaan denyut jantung untuk menilai apakah bayi mengalami gangguan vang menyebabkan jantung dalam keadaan tidak normal, seperti suhu tubuh yang tidak normal, perdarahan, atau gangguan napas. Pemeriksaan denyut jantung ini dikatakan normal apabila frekuensinya antara 100-160 kali per menit, dalam keadaan normal apabila di atas 60 kali per menit dalam jangka waktu yang relatif pendek, beberapa kali per hari, dan terjadi selama beberapa hari pertama jika bayi mengalami distres.

Ukur Suhu Aksila
Lakukan pemeriksaan suhu melalui aksila untuk menentukan apakah bayi dalam keadaan hipo atau hipertermi. Dalam kondisi normal suhu bayi antara 36,5-37,5 derajat celcius.

Kaji Postur dan Gerakan
Pemeriksaan ini untuk menilai ada atau tidaknya epistotonus/hiperekstensi tubuh yang berlebihan dengan kepala dan tumit ke belakang, tubuh melengkung ke depan, adanya kejang/ spasme, serta tremor. Pemeriksaan postur dalam keadaan normal apabila dalam keadaan istirahat kepalan tangan longgar dengan lengan panggul dan lutut semi fleksi. Selanjutnya pada bayi berat kurang dari 2.500 gram atau usia kehamilan kurang dari 37 minggu ekstremitasnya dalam keadaan sedikit ekstensi. Apabila bayi letak sungsang, di dalam kandungan bayi akan mengalami fleksi penuh pada sendi panggul atau lutut/sendi lutut ekstensi penuh, sehingga kaki bisa mencapai mulut. Selanjutnya gerakan ekstremitas bayi harusnya terjadi secara spontan dan simetris disertai dengan gerakan sendi penuh dan pada bayi normal dapat sedikit gemetar.

Periksa Tonus atau Kesadaran Bayi
Pemeriksaan ini berfungsi untuk melihat adanya letargi, yaitu penurunan kesadaran di mana bayi dapat bangun lagi dengan sedikit kesulitan, ada tidaknya tones otot yang lemah, mudah terangsang, mengantuk, aktivitas berkurang, dan sadar (tidur yang dalam tidak merespons terhadap rangsangan). Pemeriksaan ini dalam keadaan normal dengan tingkat kesadaran mulai dari diam hingga sadar penuh serta bayi dapat dibangunkan jika sedang tidur atau dalam keadaan diam.

Pemeriksaan Ekstremitas
Pemeriksaan ini berfungsi untuk menilai ada tidaknya gerakan ekstremitas abnormal, asimetris, posisi dan gerakan yang abnormal (menghadap ke dalam atau ke luar garis tangan), serta menilai kondisi jari kaki, yaitu jumlahnya berlebih atau saling melekat.

Pemeriksaan Kulit
Pemeriksaan ini berfungsi untuk melihat ada atau tidaknya kemerahan pada kulit atau pembengkakan, postula (kulit melepult), luka atau trauma, bercak atau tanda abnormal pada kulit, elastisitas kulit, serta ada tidaknya main popok (bercak merah terang dikulit daerah popok pada bokong). Pemeriksaan ini normal apabila tanda seperti eritema toksikum(titik merah dan pusat putih kecil pada muka, tubuh, dan punggung) pada hari kedua atau selanjutnya, kulit tubuh yang terkelupas pada hari pertama.

Pemeriksaan Tali Pusat
Pemeriksaan ini unluk melihat apakah ada kemerahan, bengkak, bernanah, berbau, atau lainnya pada tali pusat. Pemeriksaan ini normal apabila warna tali pusat putih kebiruan pada hari pertama dan mulai mengering atau mengecil dan lepas pada hari ke-7 hingga ke-10.

Pemeriksaan Kepala dan Leher
Pemeriksaan bagian kepala yang dapat diperiksa antara lain sebagai berikut:
1. Pemeriksaan rambut dengan menilai jumlah dan warna, adanya lanugo terutama pada daerah bahu dan punggung.

2. Pemeriksaan wajah dan tengkorak, dapat dilihat adanya maulage, yaitu tulang tengkorak yang saling menumpuk pada saat lahir untuk dilihat asimetris atau tidak. Ada tidaknya caput succedaneum (edema pada kulit kepala, lunak dan tidak berfluktuasi, batasnya tidak tegas, serta menyeberangi sutura dan akan hilang dalam beberapa hari). Adanya cephal hematom terjadi sesaat setelah lahir dan tidak tampak pada hari pertama karena tertutup oleh caput succedaneum, konsistensinya lunak, berfluktuasi, berbatas tegas pada tepi hilang tengkorak, tidak menyeberangi sutura,dan apabila menyeberangi sutura akan mengalami fraktur tulang tengkorak yang akan hilang sempurna dalam waktu 2-6 bulan. Adanya perdarahan yang terjadi karena pecahnya vena yang menghubungkan jaringan di luar sinus dalam tengkorak, batasnya tidak tegas, sehingga bentuk kepala tampak asimetris. Selanjutnya diraba untuk menilai adanya fluktuasi dan edema. Pemeriksaan selanjutnya adalah menilai fontanella dengan cara melakukan palpasi menggunakan jari tangan, kemudian fontanel posterior dapat dilihat proses penutupannya setelah usia 2 bulan, dan fontanel anterior menutup saat usia 12-18 bulan.

3. Pemeriksaan mata untuk menilai adanya strabismus atau tidak, yaitu koordinasi gerakan mata yang belum sem purna. Cara memeriksanya adalah dengan menggoyangkan kepala secara perlahan-lahan, sehingga mata bayi akan terbuka, kemudian baru diperiksa. Apabila ditemukan jarang berkedip atau sensitivitas terhadap cahaya berkurang, maka kemungkinan mengalami kebutaan. Apabila ditemukan adanya epicantus melebar, maka kemungkinan anak mengalami sindrom down. Pada glaukoma kongenital, dapat terlihat pembesaran dan terjadi kekeruhan pada kornea. Katarak kongenital dapat dideteksi apabila terlihat pupil yang berwarna putih. Apabila ada trauma pada mata maka dapat terjadi edema palpebra, perdarahan konjungtiva, retina, dan lain-lain.

4. Pemeriksaan telinga dapat dilakukan untuk menilai adanya gangguan pendengaran. Dilakukan dengan membunyikan bel atau suara jika terjadi refleks terkejut, apabila tidak terjadi refleks, maka kemungkinan akan terjadi gangguan pendengaran.

5. Pemeriksaan hidung dapat dilakukan dengan cara melihat pola pernapasan, apabila bayi bernapas melalui mulut, maka kemungkinan bayi mengalami obstruksi jalan napas karena adanya atresia koana bilateral atau fraktur tulang hidung atau ensefalokel yang menonjol ke nasofaring. Sedangkan pernapasan cuping hidung akan menujukkan gangguan pada paru, lubang hidung kadang-kadang banyak mukosa. Apabila sekret mukopurulen dan berdarah, perlu dipikirkan adanya penyakit sifilis kongenital dan kemungkinan lain.

6. Pemeriksaan mulut dapat dilakukan dengan melihat adanya kista yang ada pada mukosa mulut. Pemeriksaan lidah dapat dinilai melalui warna dan kemampuan refleks mengisap. Apabila ditemukan lidah yang menjulur keluar, dapat dilihat adanya kemungkinan kecacatan kongenital. Adanya bercak pada mukosa mulut, palatum, dan pipi bisanya disebut sebagai monilia albicans, gusi juga perlu diperiksa untuk menilai adanya pigmen pada gigi, apakah terjadi penumpukan pigmen yang tidak sempurna.

7. Pemeriksaan leher dapat dilakukan dengan melihat pergerakan, apabila terjadi keterbatasan dalam pergerakannya, maka kemungkinan terjadi kelainan pada tulang leher, misalnya kelainan tiroid, hemangioma, dan lain-lain.

Pemeriksaan Abdomen dan Punggung
Pemeriksaan pada abdomen ini meliputi pemeriksaan secara inspeksi untuk melihat bentuk dari abdomen, apabila didapatkan abdomen membuncit dapat diduga kemungkinan disebabkan hepatosplenomegali atau cairan di dalam rongga perut. Pada perabaan, hati biasanya teraba 2 sampai 3 cm di bawah arkus kosta kanan, limfa teraba 1 cm di bawah arkus kosta kiri. Pada palpasi ginjal dapat dilakukan dengan pengaturan posisi telentang dan tungkai bayi dilipat agar otot-otot dinding perut dalam keadaan relaksasi, batas bawah ginjal dapat diraba setinggi umbilikus di antara garis tengah dan tepi perut. Bagian-bagian ginjal dapat diraba sekitar 2-3 cm. Adanya pembesaran pada ginjal dapat disebabkan oleh neoplasma, kelainan bawaan, atau trombosis vena renalis. Untuk menilai daerah punggung atau tulang belakang, cara pemeriksaannya adalah dengan meletakkan bayi dalam posisi tengkurap. Raba sepanjang tulang belakang untuk mencari ada atau tidaknya kelainan seperti spina bifida atau mielomeningeal (defek tulang punggung, sehingga medula spinalis dan selaput otak menonjol).

Pengukuran Antropometri
Pada bayi baru lahir, perlu dilakukan pengukuran antropometri seperti berat badan, dimana berat badan yang normal adalah sekitar 2.500-3.500 gram, apabila ditemukan berat badan kurang Bari 2.500 gram, maka dapat dikatakan bayi memiliki berat badan lahir rendah (BBLR). Akan tetapi, apabila ditemukan bavi dengan berat badan lahir lebih dari 3.500 gram, maka bayi dimasukkan dalam kelompok makrosomia. Pengukuran antropometri lainnya adalah pengukuran panjang badan secara normal, panjang badan bayi baru lahir adalah 45-50 cm, pengukuran lingkar kepala normalnya adalah 33-35 cm, pengukuran lingkar dada normalnya adalah 30-33 cm. Apabila ditemukan diameter kepala lebih besar 3 cm dari lingkar dada, maka bayi mengalami hidrosefalus dan apabila diameter kepala lebih kecil 3 cm dari lingkar dada, maka bayi tersebut mengalami mikrosefalus.

Pemeriksaan Genitalia
Pemeriksaan genitalia ini untuk mengetahui keadaan labium minor yang tertutup oleh labia mayor, lubang uretra dan lubang vagina seharusnya terpisah, namun apabila ditemukan sstu lubang maka didapatkan terjadinya kelainan dan apabila ada sekret pada lubang vagina, hal tersebut karena pengaruh hormon. Pada bayi laki-laki sering didapatkan fimosis, secara normal panjang penis pada bayi adalah 3-4 cm dan 1-1,3 cm untuk lebaruya, kelainan yang terdapat pada bayi adalah adanya hipospadia yang merupakan defek di bagian ventral ujung penis atau defek sepanjang penisnya. Epispadia merupakan kelainan defek pada dorsinn penis.

Pemeriksaan Urine dan Tinja
Pemeriksaan urine dan tinja bermanfaat untuk menilai ada atau tidaknya diare serta kelainan pada daerah anus. Pemeriksaan ini normal apabila bayi mengeluarkan feses cair antara 6-8 kali per menit, dapat dicurigai apabila frekuensi meningkat serta adanya lendir atau darah. Adanya perdarahan per vaginam pada bayi baru lahir dapal terjadi selama beberapa hari pada minggu pertama kehidupan.

Referensi
Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan Oleh A. Aziz Alimul

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS

PENGKAJIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS

No register :
Tanggal pengkajian :
Jam : 16 30 wib
Pengkaji : S Fitriany

I.SUBJEKTIF

A.BIODATA
Namaibu ;Ny Ajah Nama suami :Tn Ipin
Umur :34 thn umur :42 thn
Agama :islam agama :islam
Pendidikan :SMP pendidikan :SLTA
Pekerjaan :IRT pekerjaan :karyawan swasta
Alamat :kp.pamijahan,indihiang alamat :kp pamijahan indihiang

B.KELUHAN UTAMA:
1. Ibu mengatakan mules mulesnya berkurang,merasa lega karena telah dapat melalui masa persalinan dengan lancar dan selamat.
2. Ibu bisa meneteki bayinya dan bayi menetek kuat

C.RIWAYAT KESEHATAN YANG LALU DAN SEKARANG
a.penyakit yang pernah diderita : tidak ada
b.penyakit keturunan : tidak ada

D.RIWAYAT PERKAWINAN:
a.Status perkawinan : kawin
b.Perkawinan ke :1(satu)
c.lama perkawinan :15 tahun
d.usia ibu kawin :19 tahun
e.usia suami kawin : 27 tahun

E.RIWAYAT OBSTETRI
a.riwayat menstruasi:
1.HPHT :05-09-2005
2.TP :12-06-2006
3.siklus haid :28 hari
4.lamanya :6 hari
5.banyaknya :2kali ganti pembalut
6.keluhan :tidak ada
7.menarche :15 tahun




b. riwayat kehamila,persalinan dan nifas yang lalu
Anak ke

Usia khmiln

Thn prslnn

Tmpat prslnn

Jenis prslnn

pnolong

Anak


PB

JK

BB

KET
1

9 bln

1985

Rumah

Normal

Bidan

49

P

3,1


2

9 bln

1992

Rumah

Normal

Bidan

50

L

3,8



c.riwayat kehamilan,persalina,dan nifas sekarang
a.usia kehamilan : 9 bulan
b.tanggal persalinan : 09-06-2006
c.jenis persalinan : normal
d.lama persalinan : normal
e.jumlah perdarahan : kurang lebih 200 cc
f.perawatan dan pengobatan :oxytocin inject 1 ampul,analgetik,multivt
g.penyulit persalina : tidak ada
h.penolong persalinan : bidan
i. jenis kelamin bayi :perempuan
j.PB/BB :49cm/2,8 kg

F.RIWAYAT KB
a.jenis kontrasepsi yg digunakan : suntik
b.lama pemakaian ;7 tahun
c.keluhan yang dirasakan : tidak ada
d.alasan berhenti : ingin punya anak lagi

G.RIWAYAT FSIKOSOSIAL BUDAYA
Keluarga dan suami mendukung dengan kelahirannya.
Nutrisi tidak ada pantangan,ibu tidak suka merokok,tidak minim minuman keras,aktifitas sehari hari ibu biasa di rumah,mengerjakan pekerjaan rumah seperti mencuci,memasak dan mengurus kebutuhan rumah tangga,mobilitas cukup.

H.POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI
1.pola makan/minum
Makan :cukup
Menu ;berpariasi
Pantangan : tidak ada
Keluhan : tidak ada
Minum
Jenis : air putih
Frekwensi :6-8 gelas sehari
Keluhan : tidak ada





2. pola eliminasi
a.b a k
frekwensi :7-8 kali sehari
kekeruhan ;tidak ada
warna : kuning jernih
keluhan : tidak ada
b .b a b
frekwensi : 1 kali sehari
konsistensi :padat lembek
keluhan :tidak ada
3.pola istirahat dan tidur
Lama tidur malam :8 jam
Lama tidur siang : 1-2 jam
Istirahat : 1 jam
Gangguan : tidak ada
4.personal hygiene : cukup
5.aktifitas/pekerjaan : irt dan mengurus anak
6.pola hubungan seks :normal,tidak teratur

II.DATA OBJEKTIF

A. keadaan umum
Kesadaran : composmentis
Keadaan emosional : stabil
B.tanda-tanda vital
TD :110/70 Mmhg
Nadi :80 kali/mnit
Suhu :36,5 *C
Pernafasan :20 kali/mnit
C.Pmeriksaan fisik
1.kepala
Kebersihan :bersih
Bentuk :bulat normal
Rambut :tidak rontok
2.muka
Oedema :tidak ada
Pucat :tidak ada
3.mata
Conjunctiva :merah muda
Sklera :tidak ikterus
4.telinga
Kebersihan :bersih
Pendengaran :normal



5.hidung
Polip :tidak ada
Pengeluaran lendir :tidak ada
6.mulut dan gigi
Stomatitis :tidak ada
Caries :tidak ada
Lidah :bersih
7.leher
Pmbesaran KGB :tidak ada
Pembesaran kelenjar tyroid :tidak ada
Pembesaran vena jugularis :tidak ada
8.dada
Jantung :denyut jantung reguler
Paru-paru :suara paru bersih
Payudara :
Simetris :ya
Putting susu :menonjol
Pembesaran :ya
Benjolan :tidak ada
Pengeluaran :ada sedikit kolostrum
Rasa nyeri :tidak ada
9.abdomen
Bekas luka operasi :tidak ada
Kontraksi uterus :baik
TFU :sepusat
Kandung kemih :kosong
10.ektremitas
Ekstremitas atas
Oedema :tidak ada
Kekakuan sendi :tidak ada
Ekstremitas bawah
Tanda homan :negatif
Varises :negatif
Oedema :negatif
11.anogenital
Vulva :tidak ada kelainan
Perdarahan :sedikit
Lochea :tidak berbau,warna kemerahan
Perineum :tidak ada laserasi
Anus :tidak ada hemoroid
12.pemeriksaan labolatorium
Darah
Hb :11,5 gr%
Urine
Protein :negatif
Glukosa :negatif

III.ASSESMENT
Ny Ajah 34 tahun P3A0 post partum 2 jam fisiologis

IV.PLANNING

1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga
2. Menjelaskan pada suami dan keluarga tanda-tanda bahaya post partum dan apa yang harus dilakukan bila hal itu terjadi
3. Memeriksa kembali tanda-tanda vital,kontraksi uterus,kandung kemih dan perdarahan
4. mengajarkan pada ibu untuk massage uterus
5. menjelaskan pada ibu tentang cara perawtan payudara dan menyusui ondemand
6. menganjurka pada ibu untuk istirahat makan dan minum yang cukup
7. mengajarkan pada ibu tentang personal hygiene
8. Menganjurkan ibu untuk meneeruskan minum obat dan antibiotik peroral sampai habis



11-07-2006

SUBJEKTIF

1. Ibu mengatakan keadaannya merasa jauh lebih baik,b a k lancar,b a b belum
2. Ibu mngatakan kalau payudaranya terasa penuh dan agak sakit
3. Ibu mengeluh nafsu makannya kurang
4. Ibu mengatakan ia merasa sangat ngantuk karena bayinya rewel terutama pada malam hari
5. ibu bertanya tentang cara merawat tali pusat


OBJEKTIF

Keadaan umum baik,kesadaran composmentis
TD :110/70mmHg
Suhu :36,7*C
Nadi :80x/mnit
Respirasi:18x/mnit
Payudara :agak keras dan tegang,ASI (+),Colostrum(+),putting susu menonjol
Abdomen :TFU I jari bawah pusat,kontraski uterus baik
Ekstremitas atas :tidak ada odem,tanda homan negatif
Anogenital :lochea rubra tidak berbau.





ASSESMENT
NY Ajah 34 tahun postpartum 2 hari fisiologis
Kebutuhan :informasi tentang perawatan payudara
Informasi tentang ASI
Informasi tentang pola tidur dan istirahat
Informasi tentang perawatan tali pusat

PLANNING

1. Memberitahu hasil pemeriksaan pada pasen dan keluarga
2. Menjelaska pada ibu bahwa payudara yang tegang dan terasa sakit pada awal masa nifas adalah hal yang normal dan itu tidak akan terus terjadi kalau ibu terus menyusui bayinya
3. Menganjurkan pada ibu untuk mengompres payudaranya dengan air hangat
4. Menganjurkan pada ibu untuk menyusui secara on demand
5. Menganjurkan pada ibu untuk makan dalam porsi kecil sedikit sedikit tapi sering dengan variasi menu
6. Menganjurkan pada ibu untuk mengatur waktu istirahat disela –sela bayinya tidur
7. memberikan penjelasan dan mempraktekan senam nifas
8. Memriksa keadaan umum bayi dan keadaan tali pusat
9. Mengajarkan pada ibu bagaimana cara-cara merawat tali pusat
10. Memberikan kapsul vit A 200.000 unit pada ibu


16-07-2006

SUBJEKTIF
Ibu mengatakan ingin tahu tentang alat kontrasepsi yang cocok

OBJEKTIF
Keadaan umum baik,kesadaran composmentis.
TD :120/80MmHg
Nadi : 82x/mnt
Suhu :36,5*C
Respirasi :18x/mnt
Mata :konjunctiva merah muda
Payudara :ASI (+)
Abdomen :TFU tidak teraba

ASSESMENT
NY Ajah 34 tahun,postpartum 2 minggu fisiologis
Kebutuhan : konseling KB

PLANNING

1. Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga
2. Memberikan konseling tentang alat kontrasepsi yang bisa digunakan oleh ibu,ibu berencana untuk menjadi akseptor IUD

Dokumentasi kebidanan

Dalam rangka mengevaluasi perkembangan/kemajuan klien dapat dilakukan dengan cara pengamatan (observasi), interaksi antara bidan dan klien, keluarga dan anggota tim yang lain (wawancara). Manajemen kebidanan merupakan metode/bentuk pendekatan yang digunakan bidan dalam memberikan asuhan kebidanan, dimana bidan harus membuat suatu catatan perkembangan dari kondisi pasien untuk dapat memecahkan masalah. Catatan perkembangan kadang-kadang dalam bentuk kertas polos tanpa kolom yang kemudian lebih dikenal dengan metode SOAP (IER) sebagai panduan untuk menampilkan informasi tentang pasien. Atau juga disebut sebagai SOAP notes, yang kemudian dimodifikasi secara individual menjadi metode SOAPIE, SOAPIER, SOAPIED.

A. METODE SOAP (SUBJEKTIF, OBJEKTIF, ASSESSMENT, PLANNING)
SOAP adalah cara mencatat informasi tentang pasien yang berhubungan dengan masalah pasien yang terdapat pada catatan kebidanan.
Konsep SOAP adalah :
S : Subyektif
Catatan yang berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien, ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang berhubungan dengan diagnosa (data subyektif). Pada orang yang bisu dibagian data dibelakang S diberi tanda “Nol” atau “X”, sedangkan pada bayi atau anak kecil data subyektif ini dapat diperoleh dari orang tua. Data subyektif ini dapat digunakan untuk menguatkan diagnosa yang akan dibuat.
Catatan ini menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesa sebagai langkah I Varney.
O : Obyektif
Data ini memberi bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosa. Data phisiologi, hasil observasi yang jujur, informasi kajian teknologi (hasil laboratorium, sinar X, rekaman CTG, USG, dll) dapat digolongkan kategori ini. Apa yang diobservasi oleh bidan akan menjadi komponen penting dari diagnosa yang akan ditegakkan.
Catatan ini menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil pemeriksaan laboratorium dan test diagnostic lainnya yang dirumuskan dalam data focus untuk mendukung asuhan atau menegakkan diagnosa sebagai langkah I Varney.
A : Assesment
Analisa atau assesmen pengkajian yaitu masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data atau informasi subyektif dan obyektif yang dikumpulkan dan disimpulkan. Karena keadaan pasien terus berubah dan selalu ada informasi baru baik subyektif dan obyektif, dan sering diungkapkan secara terpisah-pisah, maka proses pengkajian adalah sesuatu yang penting dalam mengikuti perkembangan pasien dan menjamin sesuatu perubahan baru cepat diketahui dan dapat diikuti sehingga dapat diambil tindakan yang tepat.
Catatan ini menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subyektif dan data obyektif dalam suatu identifikasi :
1. Diagnosa/masalah
2. Antisipasi diagnosa/masalah
3. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi/kolaborasi dan atau rujukan.
Sebagai langkah II, III dan IV Varney.
P : Plan/ Planning
Plan/planning/perencanaan yaitu membuat rencana tindakan saat itu atau yang akan datang ini untuk mengusahakan mencapai kondisi pasien sebaik mungkin atau menjaga/mempertahankan kesejahteraannya. Proses ini termasuk kriteria tujuan tertentu dari kebutuhan pasien yang harus dicapai dalam batas waktu tertentu, tindakan yang diambil harus membantu pasien mencapai kemajuan dalam kesehatan dan atau proses persalinannya dan harus mendukung rencana dokter bila itu dalam manajemen kolaborasi atau rujukan.
Catatan ini menggambarkan pendokumentasian tindakan (Implentasi) dan evaluasi perencanaan berdasarkan assessment, sebagai langkah V, VI, dan VII Varney.
Perencanaan ini meliputi :
1. Rencana konsultasi
2. Rencana tes diagnostic/laboratorium
3. Rencana rujukan (bila diperlukan)
4. Rencana pemberian pendidikan kesehatan /konseling
5. Rencana follow up/tindak lanjut.

B. METODE SOAPIE (SUBJEKTIF, OBJEKTIF, ASSESSMENT, PLANNING, IMPLEMENTASI, EVALUASI)
S : Subyektif
Catatan yang berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien, ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang berhubungan dengan diagnosa (data subyektif). Pada orang yang bisu dibagian data dibelakang S diberi tanda “Nol” atau “X”, sedangkan pada bayi atau anak kecil data subyektif ini dapat diperoleh dari orang tua. Data subyektif ini dapat digunakan untuk menguatkan diagnosa yang akan dibuat.
Catatan ini menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesa sebagai langkah I Varney.
O : Obyektif
Data ini memberi bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosa. Data phisiologi, hasil observasi yang jujur, informasi kajian teknologi (hasil laboratorium, sinar X, rekaman CTG, USG, dll) dapat digolongkan kategori ini. Apa yang diobservasi oleh bidan akan menjadi komponen penting dari diagnosa yang akan ditegakkan.
Catatan ini menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil pemeriksaan laboratorium dan test diagnostic lainnya yang dirumuskan dalam data focus untuk mendukung asuhan atau menegakkan diagnosa sebagai langkah I Varney.
A : Assesment
Analisa atau assesmen pengkajian yaitu masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data atau informasi subyektif dan obyektif yang dikumpulkan dan disimpulkan. Karena keadaan pasien terus berubah dan selalu ada informasi baru baik subyektif dan obyektif, dan sering diungkapkan secara terpisah-pisah, maka proses pengkajian addalah sesuatu yang penting dalam mengikuti perkembangan pasien dan menjamin sesuatu perubahan baru cepat diketahui dan dapat diikuti sehingga dapat diambil tindakan yang tepat.
Catatan ini menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subyektif dan data obyektif dalam suatu identifikasi :
1. Diagnosa/masalah
2. Antisipasi diagnosa/masalah
3. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi/kolaborasi dan atau rujukan.
Sebagai langkah II, III dan IV Varney.
P : Plan/ Planning
Plan/planning/perencanaan yaitu membuat rencana tindakan saat itu atau yang akan datang ini untuk mengusahakan mencapai kondisi pasien sebaik mungkin atau menjaga/mempertahankan kesejahteraannya. Proses ini termasuk kriteria tujuan tertentu dari kebutuhan pasien yang harus dicapai dalam batas waktu tertentu, tindakan yang diambil harus membantu pasien mencapai kemajuan dalam kesehatan dan atau proses persalinannya dan harus mendukung rencana dokter bila itu dalam manajemen kolaborasi atau rujukan.
Catatan ini menggambarkan pendokumentasian tindakan (Implentasi) dan evaluasi perencanaan berdasarkan assessment, sebagai langkah V Varney.
Perencanaan ini meliputi :
1. Rencana konsultasi
2. Rencana tes diagnostic/laboratorium
3. Rencana rujukan (bila diperlukan)
4. Rencana pemberian pendidikan kesehatan/konseling
5. Rencana follow up/tindak lanjut.
I : Intervensi/implementasi
Catatan ini merupakan pelaksanaan rencana tindakan untuk mengatasi masalah, keluhan atau mencapai tujuan pasien (persalinan). Tindakan ini harus disetujui oleh pasien kecuali bila tidak dilaksanakan akan membahayakan keselamatan pasien. Oleh karena itu, pilihan pasien harus sebanyak mungkin menjadi bagian dari proses ini. Apabila kondisi pasien berubah, intervensi mungkin juga harus berubah atau disesuaikan. Catatan ini sebagai langkah VI Varney.
E : Evaluasi
Catatan ini merupakan tafsiran/ penilaian dari efek tentang tindakan yang telah diambil yaitu penting untuk menilai keefektifan asuhan yang diberikan. Analisa dari hasil yang dicapai menjadi fokus dari penilaian ketepatan tindakan. Kalau kriteria tujuan tidak tercapai, proses evaluasi dapat menjaddi dasar untuk mengembangkan tindakan alternatif sehingga dapat mencapai tujuan. Catatan ini sebagai langkah VII Varney.

C. METODE SOAPIER (SUBJEKTIF, OBJEKTIF, ASSESSMENT, PLANNING, IMPLEMENTASI, EVALUASI, REASSESSMENT)
S : Subyektif
Catatan yang berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien, ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang berhubungan dengan diagnosa (data subyektif). Pada orang yang bisu dibagian data dibelakang S diberi tanda “Nol” atau “X”, sedangkan pada bayi atau anak kecil data subyektif ini dapat diperoleh dari orang tua. Data subyektif ini dapat digunakan untuk menguatkan diagnosa yang akan dibuat.
Catatan ini menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesa sebagai langkah I Varney.
O : Obyektif
Data ini memberi bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosa. Data phisiologi, hasil observasi yang jujur, informasi kajian teknologi (hasil laboratorium, sinar X, rekaman CTG, USG, dll) dapat digolongkan kategori ini. Apa yang diobservasi oleh bidan akan menjadi komponen penting dari diagnosa yang akan ditegakkan.
Catatan ini menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil pemeriksaan laboratorium dan test diagnostic lainnya yang dirumuskan dalam data focus untuk mendukung asuhan atau menegakkan diagnosa sebagai langkah I Varney.
A : Assesment
Analisa atau assesmen pengkajian yaitu masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data atau informasi subyektif dan obyektif yang dikumpulkan dan disimpulkan. Karena keadaan pasien terus berubah dan selalu ada informasi baru baik subyektif dan obyektif, dan sering diungkapkan secara terpisah-pisah, maka proses pengkajian addalah sesuatu yang penting dalam mengikuti perkembangan pasien dan menjamin sesuatu perubahan baru cepat diketahui dan dapat diikuti sehingga dapat diambil tindakan yang tepat.
Catatan ini menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subyektif dan data obyektif dalam suatu identifikasi :
1. Diagnosa/masalah
2. Antisipasi diagnosa/masalah
3. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi/kolaborasi dan atau rujukan.
Sebagai langkah II, III dan IV Varney.
P : Plan/ Planning
Plan/planning/perencanaan yaitu membuat rencana tindakan saat itu atau yang akan datang ini untuk mengusahakan mencapai kondisi pasien sebaik mungkin atau menjaga/mempertahankan kesejahteraannya. Proses ini termasuk kriteria tujuan tertentu dari kebutuhan pasien yang harus dicapai dalam batas waktu tertentu, tindakan yang diambil harus membantu pasien mencapai kemajuan dalam kesehatan dan atau proses persalinannya dan harus mendukung rencana dokter bila itu dalam manajemen kolaborasi atau rujukan.
Catatan ini menggambarkan pendokumentasian tindakan (Implentasi) dan evaluasi perencanaan berdasarkan assessment, sebagai langkah V Varney.
Perencanaan ini meliputi :
1. Rencana konsultasi
2. Rencana tes diagnostic/laboratorium
3. Rencana rujukan (bila diperlukan)
4. Rencana pemberian pendidikan kesehatan/konseling
5. Rencana follow up/tindak lanjut.
I : Intervensi/implementasi
Catatan ini merupakan pelaksanaan rencana tindakan untuk mengatasi masalah, keluhan atau mencapai tujuan pasien (persalinan). Tindakan ini harus disetujui oleh pasien kecuali bila tidak dilaksanakan akan membahayakan keselamatan pasien. Oleh karena itu, pilihan pasien harus sebanyak mungkin menjadi bagian dari proses ini. Apabila kondisi pasien berubah, intervensi mungkin juga harus berubah atau disesuaikan. Catatan ini sebagai langkah VI Varney.
E : Evaluasi
Catatan ini merupakan tafsiran/penilaian dari efek tentang tindakan yang telah diambil yaitu penting untuk menilai keefektifan asuhan yang diberikan. Analisa dari hasil yang dicapai menjadi fokus dari penilaian ketepatan tindakan. Kalau kriteria tujuan tidak tercapai, proses evaluasi dapat menjaddi dasar untuk mengembangkan tindakan alternatif sehingga dapat mencapai tujuan. Catatan ini sebagai langkah VII Varney.
R : Revisi atau perbaikan/ Reassesment
Catatan ini merupakan perubahan terhadap suatu tidakan, dimana komponen evaluasi dapat menjadi suatu petunjuk perlunya perbaikkan dari perubahan intervensi dan tindakan atau menunjukkan perubahan dari rencana awal atau perlu suatu kolaborasi baru atau rujukan. Dari perubahan rencana tindakan tersebut, berdasarkan keadaan atau kondisi pasien saat itu dapat ditegakkan diagnosa kembali (Reassesment).

D. METODE SOAPIED (SUBJEKTIF, OBJEKTIF, ASSESSMENT, PLANNING, IMPLEMENTASI, DOKUMENTASI )
S : Subyektif
Catatan yang berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien, ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang berhubungan dengan diagnosa (data subyektif). Pada orang yang bisu dibagian data dibelakang S diberi tanda “Nol” atau “X”, sedangkan pada bayi atau anak kecil data subyektif ini dapat diperoleh dari orang tua. Data subyektif ini dapat digunakan untuk menguatkan diagnosa yang akan dibuat.
Catatan ini menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesa sebagai langkah I Varney.
O : Obyektif
Data ini memberi bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosa. Data phisiologi, hasil observasi yang jujur, informasi kajian teknologi (hasil laboratorium, sinar X, rekaman CTG, USG, dll) dapat digolongkan kategori ini. Apa yang diobservasi oleh bidan akan menjadi komponen penting dari diagnosa yang akan ditegakkan.
Catatan ini menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil pemeriksaan laboratorium dan test diagnostic lainnya yang dirumuskan dalam data focus untuk mendukung asuhan atau menegakkan diagnosa sebagai langkah I Varney.
A : Assesment
Analisa atau assesmen pengkajian yaitu masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data atau informasi subyektif dan obyektif yang dikumpulkan dan disimpulkan. Karena keadaan pasien terus berubah dan selalu ada informasi baru baik subyektif dan obyektif, dan sering diungkapkan secara terpisah-pisah, maka proses pengkajian addalah sesuatu yang penting dalam mengikuti perkembangan pasien dan menjamin sesuatu perubahan baru cepat diketahui dan dapat diikuti sehingga dapat diambil tindakan yang tepat.
Catatan ini menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subyektif dan data obyektif dalam suatu identifikasi :
1. Diagnosa/masalah
2. Antisipasi diagnosa/masalah
3. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi/kolaborasi dan atau rujukan.
Sebagai langkah II, III dan IV Varney.
P: Plan/ Planning
Plan/planning/perencanaan yaitu membuat rencana tindakan saat itu atau yang akan datang ini untuk mengusahakan mencapai kondisi pasien sebaik mungkin atau menjaga/mempertahankan kesejahteraannya. Proses ini termasuk kriteria tujuan tertentu dari kebutuhan pasien yang harus dicapai dalam batas waktu tertentu, tindakan yang diambil harus membantu pasien mencapai kemajuan dalam kesehatan dan atau proses persalinannya dan harus mendukung rencana dokter bila itu dalam manajemen kolaborasi atau rujukan.
Catatan ini menggambarkan pendokumentasian tindakan (Implentasi) dan evaluasi perencanaan berdasarkan assessment, sebagai langkah V Varney.
Perencanaan ini meliputi :
1. Rencana konsultasi
2. Rencana tes diagnostic/laboratorium
3. Rencana rujukan (bila diperlukan)
4. Rencana pemberian pendidikan kesehatan/konseling
5. Rencana follow up/tindak lanjut.
I : Intervensi/implementasi
Catatan ini merupakan pelaksanaan rencana tindakan untuk mengatasi masalah, keluhan atau mencapai tujuan pasien (persalinan). Tindakan ini harus disetujui oleh pasien kecuali bila tidak dilaksanakan akan membahayakan keselamatan pasien. Oleh karena itu, pilihan pasien harus sebanyak mungkin menjadi bagian dari proses ini. Apabila kondisi pasien berubah, intervensi mungkin juga harus berubah atau disesuaikan. Catatan ini sebagai langkah VI Varney.
E : Evaluasi
Catatan ini merupakan tafsiran/ penilaian dari efek tentang tindakan yang telah diambil yaitu penting untuk menilai keefektifan asuhan yang diberikan. Analisa dari hasil yang dicapai menjadi fokus dari penilaian ketepatan tindakan. Kalau kriteria tujuan tidak tercapai, proses evaluasi dapat menjaddi dasar untuk mengembangkan tindakan alternatif sehingga dapat mencapai tujuan. Catatan ini sebagai langkah VII Varney.
D : Dokumentasi

PEMERIKSAAN FISIK BAYI BARU LAHIR

Pengertian bayi baru lahir
Bayi baru lahir adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling tinggi sebagai hasil konsepsi ovum dan spermatozoon dengan masa gestasi memungkinkan dapat hidup diluar kandungan.
Bayi baru lahir disebut neonatus, dengan tahapan :
 Umur 0-7 hari disebut neonatal dini
 Umur 8-28 hari disebut nonatal lanjut
 Yang disebut perinatal adalah periode umur antara umur 28 minggu dalam kandungan sampai 7 hari sesudah dilahirkan.

Tujuan umum asuhan BBL
1. Untuk mencegah morbilitas dan mortalitas BBL
2. Mencegah adanya kemungkinan timbul kelainan neurologis di kemudian hari.

Pengertian Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik bayi baru lahir adalah pemeriksaan awal yang dilakukan terhadap bayi setelah berada di dunia luar yang bertujuan untuk mengetahui apakah bayi dalam keadaan normal dan memeriksa adanya penyimpangan/kelainan pada fisik, serta ada atau tidaknya refleks primiti. Pemeriksaan fisik dilakukan setelah kondisi bayi stabil, biasanya 6 jam setelah lahir.

Pengkajian Fisik Bayi Baru Lahir
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik, perlu dilakukan pengkajian pada bayi baru lahir antara lain:
1. Riwayat meliputi:
- Faktor lingkungan
- Faktor genetic
- Faktor ibu/maternal
- Faktor perinatal
2. Tanda-tanda vital, meliputi frekuensi nafas, frekuensi denyut jantung dan suhu.
3. Keadaan umum, meliputi ukuran tubuh keseluruhan kepala, badan dan ekstremitas, tonus otot dan aktifitas, warna kulit dan bibir, serta tangisan bayi. Sebelum melakukan pemeriksaan, peralatan dan perlengkapan yang perlu dipersiapkan antara lain:
a. Tempat tidur pemeriksaan
b. Stetoscope
c. Termometer
d. Pita pengukur
e. Timbangan bayi
f. Sarung tangan
g. Penunjuk waktu/jam
h. Lampu
i. Sabun
j. Handuk
k. Air mengalir
l. Kapas
m. Bengkok




Faktor medik dan Perinatal dan pengaruhnya terhadap neonatal :
Faktor Implikasi yang mungkin pada Neonatal
1. Faktor medik maternal
Penyakit jantung
Diabetes Hypoksia intra uterin
Usia gestasional besar,trauma, hiperbilirubin
Penyakit ginjal Prematuritas, IUGR
Hipertensi Retardasi pertumbuhan, prematuritas
Penyakit Menular Seks Transmisi perinatal
Penyalah gunaan obat Siindrom penolakan neonatal
Rh/isomunisasi Anemia, jaundice
Riwayat abortus Syndrom genetik
2. Faktor prenatal:
Tidak ada perawatan prenatal Penyalah gunaan obat maternal, kekurangan dukungan sosial
Perdarahan selama kehamilan Kerusakan plasenta, plasenta previa
Ketidak sesuaian ukuran Retardasi pertumbuhan, neonatal besar, trauma.
Hipertensi diinduksi kehamilan Retardasi pertumbuhan, prematuritas
Diabetes gestasional Makrosomi, trauma persalinan
Polihidramnions Masalah ginjal neonatal
Infeksi Sindrom dehidrasi
3. Faktor perinatal:
Proses persalinan preterm/posterm Asfiksia
Proses persalinan diperlama Trauma neonatal
Obat yang digunakan pada persalinan Distress pernafasan neonatal
Distress pada fetal Asfiksia
Temperatur maternal yang meningkat Transmisi infeksi neonatal
Posisi fetus abnormal Trauma neonatal
Cairan terkotori mekonium Pneumonia aspirasi mekonium
Ruptur membran diperlama Transmisi infeksi perinatal
Perdarahan pada persalinan Hipopolemia neonatal, hipoksia
Prolaps tali pusat Asfiksia
Hipertensi maternal Asfiksia
Asidosis fetal Asidosis Neonatal


Prinsip pemeriksaan fisik bayi baru lahir :
1. Gunakan tempat yang hangat dan bersih untuk pemeriksaan. Pintu dan jendela untuk sementara ditutup, ruangan diberi lampu 40 watt dengan jarak 60 cm di atas tempat pemeriksaan.
2. Cuci tangan dengan sabun di air mengalir sebelum dan sesudah pemeriksaan, pasang sarung tangan.
3. Bersikap lembut pada waktu memeriksa bayi.
4. Lihat, dengar dan rasakan tiap-tiap daerah pemeriksaan, dimulai dari kepala dan berlanjut secara sistematik menuju kaki.
5. Jika ditemukan factor risiko atau masalah, carilah bantuan lebih lanjut yang memang diperlukan.
6. Rekam hasil setiap pemeriksaan dan tindakan.

Dalam waktu 24 jam, bila bayi tidak mengalami masalah apa pun, lakukanlah pemeriksaan fisik secara lengkap sebagai berikut:
1. Melihat riwayat persalinan (lamanya?spontan?KPSW?Lain?), Neonatal (mekonium?trauma saat lahir?)
2. Menempatkan bayi pada tempat pemeriksaan dalam posisi terlentang dan pastikan tempat pemeriksaannya kering, bersih dan hangat.
3. Lepaskan pakaian bayi dan nilai keadaan umum bayi, meliputi ukuran keseluruhan Kepala, badan, ekstremitas (proporsional/tidak), adanya tonus otot, tingkat aktivitasnya (gerakannya aktif/tidak), warna kulit dan bibir (merah/biru), tangis bayi (melengking, merintih, normal)
 Area yang dikaji dan prosedur penilaian, Postur : Inspeksi BBL sebelum melakukan pengkajian yang mengganggunya. Temuan normal yang rata-rata ditemukan : puncak kepala (verteks) : lengan, tungkai bawah dalam keadaan flaksi ringan tangan menggenggam. Variasi normal : bokong sempurna (frank breech) : kaki lebih lurus dan kaku, BBL akan memperlihatkan posisi dalam rahim selama beberapa hari. Deviasi dari nilai normal kemungkinan masalah (etiologi) : Hipotoni, postur rileks selagi tidak tidur (prematuritas atau hipoksia di dalam rahim, obat-obatan maternal)
 Area yang dikaji dan prosedur penilaian, lihat lagi catatan ibu tentang presentasi, posisi dan jenis persalinan (pervaginam, operasi) karena bayi baru lahir dengan mudah mengambil posisi sebelum lahir. Temuan normal yang rata-rata ditemukan : BBL tidak suka jika ekstremitasnya diluruskan untuk dikaji atau diukur dan bias menangis jika hal itu dipaksakan, apabila dibiarkan kembali pada posisi melingkar semula, ia akan berhenti menangis, Gunakan spontan normal biasanya tidak sinkron secara bilateral (kaki bengkak seperti gerakan mengayuh sepeda tapi keduanya ekstensi), Variasi normal : Tekanan prenatal pada anggota gerak atau bahu bias menyebabkan ketidaksimetrisan wajah untuk sementara atau menimbulkan tahanan saat ekstremitas ekstensi. Deviasi dari nilai normal kemungkinan masalah (etiologi) : keterbatasan gerak pada setiap ekstremitas.
4. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, yaitu pernafasan normalnya 40-60x per menit, laju jantung 120-160serta suhu dengan menggunakan termometer aksila normalnya 36,5-37,2 derajat C.
Bernafas dan menangis spontan, terjadi sekitar 30 detik setelah lahir dengan frekuensi 40-60x/menit, Episode apnea : ≥ 15 detik (bayi premature), Bradipnea : ≤ 25x/menit (narcosis pada ibu akibat analgesic atau anastesik, trauma lahir), Trakipnea : ≥ 60x/menit(sindrom aspirasi, hernia diafragmatika, takipnea, sementara pada BBL) , laju jantung 120-160/menit serta suhu dengan menggunakan termometer aksila normalnya 36,5-37,2 derajat C. Penurunan panas : 200kkal/kg/menit melaui mekanisme kehilangan panas:
 Evaporasi : Kehilangan panas yang terjadi ketika cairan berubah menjadi gas (misalnya : evaporasi dari kulit tubuh). Penguapan yang tidak terlihat desebut juga kehilangan air yang tidak dirasakan (insensible water loss IWL)
 Konveksi : Aliran panas dari permukaan tubuh ke udara yang lebih dingin.
 Radiasi : kehilangan panas dari permukaan tubuh ke permukaan padat lain yang lebih dingin tanpa kontak langsng satu sama lain, tetapi dalam kontak yang relative dekat.
 Konduksi : Kehilangan panas dari permukaan tubuh ke permukaan yang lebih dingin melalui kontak langsung satu sama lain.
Beberapa metode yang umum untuk konservasi panas :
Penghangatan awal (Selimut, topi, pakaian neonatal)
Mengeringkan segera neonatal
Menggantikan kain basah setelah neonatal dikeringkan
Menjaga suhu tetap hangat
Tidan menempatkan neonatal pada tempat tidur basah
Menunda memandikan neonatal
Menempatkan daerah perawatan neonatal jauh dari jendela, dinding luar atau pintu keluar masuk
Menutup kepala neonatal dan membungkusnya dengan baik.
Neonatal dapat menciptakan panas melalui :
1. Menggigil  tidak efisien dan janin secara khas tidak menciptakan panas lewat cara ini.
2. Aktifitas otot fakultatif dapat meciptakan panas tetapi terbatas pada neonatus dengan kekuatan otot yang cukup untuk berada pada posisi yang dilenturkan.
3. Thermogenesis bukan menggigilmengacu pada pemanfaatan lemak coklat untuk produksi panas. Deposit lemak coklat di sekitar tulang belakang bagian atas, tulang selangka, tulang dada, ginjal dan pembuluh darah utama. Jumlah tergantung pada usia kehamilan
Frekuensi jantung berkisar 140x/menit, kemudian turun menjadi 120-160x/menit
5. Melakukan penimbangan kisaran berat badan normal >2500gr, penurunan Berat badan normal 10% atau kurang. BB ≤2500gr (premature,kecil untuk masa kehamilan, sindrom rubelas). BB ≥2500gr (berat lebih besar, diabetes maternal, herediter ; normal pada orang tua ini).
6. melakukan pengukuran panjang bayi, penjang normal 43-55cm, <45 atau >55cm (penyimpangan kromosom, herediter ; normal untuk orang tua ini)
7. Memeriksa bagian kepala bayi meliputi ubun-ubun, sutura, molase, adanya trauma persalinan, penonjolan atau daerah yang mencekung, ukuran lingkar kepala-normal 33-35cm, atau 32-36,8 cm, kepala kecil ≤32cm mikrosefalus (rubella, toksoplasmosis, penyakit inklusi sitomegali), ≥36,8 hidrosefalus ; sutura teregang, lebar lingkar kepala ≥4cm lebih besar dari peningkatan tekanan intra cranial (perdarahan lesi yang memakan tempat). Palpasi sutura, sutura teraba dan tidak menyatu, sutura bias tumpang tindih akibat molase (trauma lahir), sutura lebar (hidrosefalus), penutupan (prematur).
8. Memeriksa telinga dalam hubungannya dengan letak mata dan kepala simetris atau tidak. Tidak simetris/letak rendah Kemungkinan sindrom down, gangguan mental, gangguan ginjal, Tidak ada tulang rawan (prematur), Pendengaran ;berespon terhadap suara dan bunyi lain, keadaan mempengaruhi respon.
9. Memeriksa mata apakah ada tanda-tanda infeksi, seperti pus.
Ukuran, bentuk simetris reflek mengedip, lipatan epikantus jika disertai tanda lain (gangguan kromosom. Sindrom down). Bola mata, ukuran, lensa keruh atau tidak, lesi, sclera ikterik.
10. Memeriksa hidung dan mulut, bibir dan langitan, bibir dan refleks hisap dan refleks Rooting, serta ada tidaknya kelainan congenital seperti labiopalatoskizis
Memeriksa leher bayi, apakah terdapat pembengkakan atau benjolan. Trachea ;posisi kelenjar tiroid, massa. Bebas bergerak dan bebas melakukan ekstensi dan fleksi tidak dapat menggerakan bahu, Tidak mampu mengendalikan kepala(premature, simdrom down)
11. Memeriksa dada, bagaimana bentuknya (simetris/tidak) dan perhatikan juga putting susunya,jumlah. Lingkar dada rata-rata 30-33. ≤ 30 cm premature.
12. Memeriksa bahu, lengan dan tangan, perhatikan gerakannya dan kelengkapan/jumlah jari
13. Memeriksa system syaraf, yaitu berupa refleks-refleks :
a. Reflek moro : Mengejutkan bayi.
b. Refleks hisap : dilihat pada waktu bayi menyusu
c. Refleks genggam : dengan meletakkan jari telunjuk pada palmar, tekanan dengan gentle, normalnya bayi akan menggenggam dengan kuat
d. Refleks Plantar/magnet : tekan permukaan plantar kaki di bawah ibu jari, dalam keadaan normal ibu jari akan fleksi kearah plantar.
e. Refleks Tonik neck : letakkan bayi dalam posisi terlentang, putar kepala ke satu sisi dengan badan ditahan, ekstremitas pada sisi kemana kepala diputar terekstensi, tapi ekstremitas pada sisi lain terefleksi. Pada keadaan normal bayi akan berusaha untuk mengembalikan kepala ketika diputar ke sisi pengujian syaraf asesori.
f. Refleks Muntah : Menunjukkan fungsi neurology glosofaringeal dan syaraf fagus normal.
g. Refleks kedipan : merupakan respon terhadap cahaya terang yang menunjukkan normalnya syaraf optic.
h. Reflek babinski : Pada saat telapak kaki digores semua jari hiperektensi dengan ibu jari dorsifleksi
14. Periksa bagian perut, bagaimana bentuknya, ada penonjolan/tidak pada daerah sekitar tali pusat saat bayi menangis, perdarahan tali pusat, banyaknya pembuluh darah pada tali pusat, apakah lembek saat bayi tidak menangis.
15. Periksa alat kelamin bayi. Perhatikan pada bayi laki-laki testisnya berada pada skrotum apabila tidak masuk (prematur), penis berlubang di ujung. Sedangkan pada bayi perempuan perhatikan vagina berlubang, uretra berlubang, keadaan labia mayora dan minora, labia mayora terpisah jauh dari labia minora menonjol (prematur)
16. Periksa tungkai dan kaki, perhatikan gerakan dan bentuknya normal/tidak, berapa jumlah jari kaki.
17. Periksa punggung dan anus bayi, apakah ada kelainan seperti pembengkakan atau cekungan, spina bifida, keadaan spingter ani, ada anus/tidak
18. Memeriksa kulit bayi, adanya verniks, warna, pembengkakan atau bercak-bercak hitam dan tanda-tanda lahir(tanda mongol)
19. Mengenakan kembali pakaian bayi, perhatikan kemungkinan tanda-tanda hipotermia pada bayi.
20. Mencuci tangan kembali setelah pemeriksaan
21. Menempatkan bayi kembali ke dalam boks atau apabila rawat gabung bayi diberikan pada ibunya.
22. Bereskan peralatan dan catat hasil pemeriksaan.
REFERENSI :
1. Pauline Mc. Sellers. 1993. Midwifery Volume 1. Juta & Co. LTD. South Africa. Hal. 717-739
2. Linda V Walsh. 2003. Midwifery Chapter23. W. B. Saunders. San Fransisco California. Hal. 547-352
3. Fenwick Elizabeth. 1999. 101 Tips terpenting melahirkan. Jakarta. Dian Rakyat Hal. 52 – 57
4. Ruth Johnson & Wendy Taylor. 2000. Skill for Midwifery Practice Bab 8. Churchil Livingstone. London . Hal. 235-241
5. Engel Joyce, 1999, Pengkajian Pediatrik Edisi 2, EGC Jakarta
6. Bobak, L. Jensen, 2005,Buku Ajar Perawatan Maternitas,EGC,Jakarta hal 387-388
7. Soetjiningsih, 2000,Tumbuh kembang anak, Surabaya, Universitas Airlangga, hal 37-53
8. DepKes RI, 1999, Antopometri, Jakarta, hal 1-10
9. Varney’s Midwifery, Ilmu Kebidanan, 2004

Penampilan dan Perilaku Bayi Baru Lahir

Pada dasarnya bayi baru lahir sudah memiliki penampilan atau ciri-ciri dan perilaku yang khusus.
1. Kebanyakan bayi baru lahir memiliki tubuh yang tidak proporsional. Ukuran kepala dan badannya tidak sebanding. Berbeda sekali dengan penampilan anak-anak dan orang dewasa pada umumnya. Perbedaan yang mencolok ini disebabkan oleh titik tengah tinggi badan bayi berada di pusat sedangkan orang dewasa berada di bagian kelamin.
2. Warna kulit kemerah-merahan dan terkadang terdapat lapisan berwarna putih keruh. Lapisan ini disebut vernik caseosa berfungsu untuk melindungi bayi dari infeksi saat ia berada dalam uterus dan untuk menjaga suhu tubuh tetap hangat setelah keluar dari rahim ibu.
3. Tubuh bayi yang baru saja dilahirkan terbungkus kulit berwarna cyanosis dan berkeriput disebabkan karena masih sedikitnya jumlah jaringan lemak bawah kulit. Keriput akan hilang sesuai dengan bertambahnya berat badan bayi.
4. Lemak subkutan cukup tebal
5. Bentuk kepala cenderung kerucut disebabkan oleh gaya yang bekerja saat proses persalinan dan juga sebagai akibat tulang tengkoarak yang tumpang tindih (molase).
6. Ukuran lingkar kepala, antara lain: Fronto Oksipital 34 cm, Mento Oksipital 35 cm, Suboksipito Bregmatika 32 cm
7. Ubun-ubun berdenyut karena belahan-belahan tulang tengkorknya belum menyatu dan mengeras dengan sempurna. Seiring dengan semakin sempurnanya proses penyatuan tulang-tulang tengkorak(kira-kira setelah 2 tahun) denyut di kepalanya akan hilang,
yang bisa dilakukan :
o Bersihkan rambut dan kepalanya dengan shampo khusus bayi dan segera keringkan.
o Hindari menyentuh dan menekan bagian kepalanya yang berdenyut-denyut itu, baik saat mencuci rambut atau menggendongnya.
8. Rambut lanugo dan rambut kepala tumbuh dengan baik
9. Mata bayi tampak keluar garis atau juling selama 2 -3 bulan pertama disebabkan karena pada beberapa saat setelah kelahiran, bayi baru membuka matanya dan melihat lingkungan disekitar. Penglihatannya baik namun belum terlalu fokus.
10. Wajah sembab, kelopak mata terlihat bengkak atau menggembung terjadi karena bendungan yang muncul karena tekanan jalan lahir. Dalam 1 atau 2 hari bengkak pada wajah akan hilang.
Yang bisa dilakukan :
* Hindari posisi tidur telungkup atau menyamping untuk mengurangi tekanan pada wajah
* Bila ada benjolan atau bekas tekanan alat forcep pada kepala tampak sedikit bengkak, hindari menyentuh bagian tersebut sampai bengkaknya hilang.
11. Mata berair disebabkan karena saluran hidung belum sempurna sehingga mengakibatkan aliran air mata yang diproduksi menjadi tidak lancar. Keadaan seperti ini dapat diatasi dengan mengurut kulit sepanjang saluran tersebut dimulai dari kulit pinggir mata ke arah pinggir hidung bagian bawah.
12. Sensitif terhadap cahaya terang, yang menyebabkan mata bayi akan berkedip, dapat mengenali pola-pola hitam putih tang tercetak tebal dan bentuk wajah manusia. Jarak focus adalah sekitar 15-20 cm
13. Bayi akan bereaksi dengan menggerakan matanya bila mendengar suara-suara yang nyaring. Ia lebih menyukai suara yang lembut dengan pola yang sama. Jika mendengar suara yang tiba-tiba, bayi akan bereaksi dengan menggerakan anggota tubuhnya.
14. Kumisan, sisa lanugo (rambut janin) belum luruh semuanya. Selain kumis, bayi perempuan juga sering tampak berambut pada bahu dan punggungnya. Dalam beberapa minggu, kulit bayi akan tampak bersih dari rambut-rambut dan kumis itu.
Yang bisa dilakukan :
o Mandikan bayi untuk menjaga kebersihan dan kesehatan kulitnya
o Tidak perlu repot mencukurnya karena rambut dan kumis tersebut akan rontok dengan sendirinya.
15. Aktifitas/gerakan aktif, ektremitas biasanya dalam keadaan fleksi
16. Kaki dan tangannya pucat dan dingin. Sistem sirkulasi dan peredaran darah bayi baru lahir belum berkembang sempurna, sehingga tubuhnya memprioritaskan mengalirakan darah ke organ-organ tubuh yang epnting seprti otak, paru-paru dan jantung. Tangan dan kaki adalah organ tubuh yang paling akhir dialiri darah. Kondisi ini berakhir edngan sendirinya secara bertahap sampai bayi berusia 1 tahun.
Yang bisa dilakukan :
o Kontak kulit setiap menyusui bayi untuk menghangatkan
o Metode kangguru, letakkan bayi di dada ibu dalam keadaan telanjang sehingga terjadi kontak antar kulit. Lakukan sekitar 30 menit setiap hari
o Sarungkan kaus kaki dan kakuas tangan khusus untuk bayi atau selimuti sampai tangan dan kakinya terasa hangat dan kulitnya sudah berwarna merah muda.
17. BB berkisar antara 2500-3000 gram
18. PB antara 50-55 cm
19. Genitalia: labia mayora menutupi labia minora, testis sudah turun ke dalam skrotum
20. Kelamin bayi besar dan membengkak dipengaruhi oleh hormon ibu lika memar dan jaringan alat kelamin yang bengkak disebabkan karena trauma saat lahir dan proses alami perkembangan alat kelamin, akan tampak noramal dalam waktu sekitar 1 minggu.
Yang biasa dilakukan :
o Bersihkan alat kelamin setiap kali mandi, lalu keringkan perlahan dan lembut
o Jika menggunakan popok sekali pakai, perhatikan daya tampungnya, ganti segera setelah penuh dan begitu dia buang air besar.
21. Pada bayi perempuan labia mayor terlihat menggembung, dapat terlihat keriput atau halus. Kadang mengeluarkan lendir atau darah selama beberapa hari. Hal ini tergolong perdarahan menstruasi normal dari uterus bayi disebabkan hormon estrogen ibu yang melewati bayi perlahan menghilang.
22. Anus (+) dalam 24 jam pertama dapat mengeluarkan mekonium
23. Dalam 24 jam pertama bayi dapat BAK dengan volume 20-30 ml/hari
24. Terkadang pada beberapa bayi ditemukan kelenjar mamae yang dapat membesar dan mengeluarkan ASI, akan mengempis dalam beberapa hari atau minggu.
Yang bisa dilakukan :
o Jangan menekan-nekan payudara bayi karena hanya akan menimbulkan rasa tak nyaman.
o Bila menyabuni bagian dadanya, bilas sampai bersih.
25. Bayi baru lahir sudah dapat membedakan aroma susu manusia/ibunya dengan aroma susu dari wanita lain, bereaksi secara kuat terhadap berbagai rasa dan memperlihatkan kesukaan yang kuat pada rasa manis.
26. Bayi baru lahir sangat sensitive terhadap sentuhan dan sangat menyukai kontak langsung antara kulit dengan kulit
Adalah normal bila dalam 2 minggu pertama bayi banyak tidur. BBL biasanya tidur selama 16-20 jam yang dibagi menjadi 4-5 periode.
27. Tangisan bayi berbeda-beda disesuaikan dengan apa yang dirasakannya, seperti sakit, merasa tidak nyaman karena basah, dingin, lapar, merasa kesepian dll.
RENCANA ASUHAN BAYI 2 – 6 HARI
Pada hari ke 2 – 6 setelah persalinan ada hal – hal yang perlu diperhatikan pada bayi , yaitu :
1. Minum
Berikan ASI sesering mungkin sesuai keinginan ibu ( Jika payudara penuh ) atau kebutuhan bayi setiap 2 – 3 jam ( paling sedikit setiap 4 Jam ), bergantian antara payudara kiri dan kanan.

2. BAB
Feses bayi di dua hari pertama setelah persalinan biasanya berbentuk seperti ter atau aspal lembek. Zat buangan ini berasal dari pencernaan bayi yang dibawa dari kandungan. Setelah itu feses bayi bisa bergumpal gumpal seperti jelly, padat, berbiji/seeded dan bisa juga berupa cairan, feses bayi yang diberi ASI ekslusif biasanya tidak berbentuk, bisa seperti pasta/krem, berbiji dan bisa juga seperti mencret atau mencair. Sedangkan feses bayi yang diberi susu formula berbentuk padat, bergumpal-gumpal atau agak liat dan bulat. Makanya bayi yang mengkonsumsi susu formula kadang suka bebelan (susah b a b) sedangkan yang mendapat ASI tidak.
Bila bayi yang sudah minum susu formula mengeluarkan feses berbentuk cair, hal itu perlu dicurigai. Bisa jadi bayi alergi terhadap susu formula yang dikonsumsinya atau susu tercampur bakteri yang mengganggu usus. Kesulitan mendeteksi normal tidaknya feses akan terjadi bila ibu memberikan ASI yang diselang seling susu formula. Misalnya akan sulit menentukan apakah feses yang cair/mencret itu berasal dari susu atau susu formula. Kalau mencretnya karena minum ASI, ini normal-normal saja karena sistem pencernaanya memang belum sempurna. Tettap susui bayi agar ia tidak mengalami dehidrasi. Tapi bila mencretnya disertai keluhan demam, muntah atau keluhan lain dan jumlahnya sangat banyak atau mancur, berarti memang ada masalah pada bayi àrujuk.
Masalah frekuensi sering mencemaskan ibu karena frekuensi b a b bayi tidak sama dengan orang dewasa, padahal frekuensi b a b pada setiap bayi berbeda, bahkan bayi yang sama pun frekuensi b a b nya akan berbeda dari minggu ini dan minggu depannya, itu karena bayi belum menemukan pola yang pas. Umumnya di 4 atau 5 minggu pertama dalam sehari bisa lebih dari 5 kali atau 6 kali, tidak masalah selama pertumbuhannya bagus.
Bayi yang minum ASI ekslusif sebaliknya bisa saja tidak b a b selama 2 sampai 4 hari bahkan bisa 7 hari sekali, bukan berarti mengalami gangguan sembelit tapi bisa saja karena memang tidak ada ampas makanan yang harus dikeluarkan. Semuanya dapat diserap dengan baik, feses yang keluar setelah itu juga harus tetap normal seperti pasta. Tidak cair yang disertai banyak lendir atau berbau busuk dan disertai demam dan penurunan bert badan bayi. Jadi yang penting lihat pertumbuhannya apakah anak tidak rewel dan minumnya bagus, kalau 3 hari belum b a b, dan bayinya anteng – anteng saja mungkin memang belum waktunya b a b.
Bayi yang pencernaannya normala akan b a b pada 24 jam pertama setelah lahir. B a b pertama ini disebut mekonium. Biasanya berwarna hitam kehijauan dan lengket seperti aspal yang merupakan produk dari sel – sel yang diproduksi dalam saluran cerna selama bayi berada dalam kanadungan. B a b pertama dalam 24 jam penting artinya, karena menjadi indikasi apakah pencernaannya normal atau tidak.
Frekuensi bab yang sering bukan berarti pencernaannya terganggu. Waspadai nila warnanya putih atau disertai darah.
Menurut Dr Waldi Nurhamzah, SPA umumnya warna-warna feses bayi dapat dibedakan menjadi kuning, coklat, hijau, merah dan putih atau keabuan. Normal atau tidaknya sistem pencernaan bayi dapat dideteksi dari warna-warna feses tsb.
Warna feses kuning
Warna kuning adalah warna feses yang normal. Warna feses bayi sangan dipengaruhi oleh susu yang dikonsumsinya. Bila bayi minum ASI secara ekslusif, fesesnya berwarna lebih cerah dan cenderung cemerlang atau didominasi warna kuning (golden feses). Berarti bayi mendapatkan ASI penuh., dari foremilk (ASI depan) sampai hindmilk (ASI belakang). Warna kuning timbul dari Proses pencernaan lemak yang dibantu oleh cairan empedu. Cairan empedu dibuat di dalam hati dan disimpan beberapa waktu dalam kandung e mpedu sampai saatnya dikeluarkan. Bila dalam usus terdapat lemak yang berasal dari makanan, kandung empedu akan berkontraksi(mengecilkan ukurannya) untuk memeras cairan keluar. Cairan empedu ini akan memecah lemak menjadi zat yang dapat diserap usus. Sedangkan bila yang diminum susu formula, atau ASI dicampur susu formula, warna feses akan berwarna lebih gelap, seperti kuning tua, agak coklat, coklat tua, kuning kecoklatan atau coklat kehijauan.
Warna feses hijau
Termasuk kategori normal, meskipun begitu warna ini tidak boleh terus menerus muncul. Ini berarti cara ibu memberikan ASI nya belum benar. Yang terisap oleh bayi hanya foremilk saja, sedangkan hindmilk nya tidak. Kasus ini umumnya terjadi kalau produksi ASI sangat melimpah.
Didalam payudara, ibu memiliki ASI depan (foremilk) dan ASI belakang (hindmilk). Pada saat bayi menyusu, ia akan selalu menghisap ASI depan lebih dulu. Bagian ini mempunyai lebih banyak kandungan gula dan laktosa tapi rendah lemak. Sifatnya yang mudah dan cepat diserap membuat bayi sering lapar kembali. Sedangkan ASI belakang (hindmilk) akan terhisap kalau foremilk yang keluar lebih dulu sudah habis. Hindmilk mengandung banyak lemak. Lemak ini yang membuat feses menjadi kuning. Kalau bayi hanya mendapat foremilk yang hanya mengandung sedikit lemak dan banyak gula, kadang-kadang terjadi perubahan pada proses pencernaan yang akhirnya membuat feses bayi berwarna hijau. Bahkan sering juga dari situ terbentuk gas yang terlalu banyak (kentut melulu) sehingga bayi merasa tidak nyaman (kolik).
Mestinya yang bagus itu tidak hijau terus, tetapi hijau kuning, bergantian, ini berarti bayi mendapat ASI yang komplit, dari foremilk sampai hindmilk supaya kandungan gizinya komplit. Ibu harus mengusahakan agar bayinya mendapat foremilk dan hindmilk sekaligus. Sayangnya disamping ASI, ibu juga kerap memberikan tambahan susu formula. Sebelum proses menyusunya mencapai hindmilk anak sudah terlanjur diberi susu formula hingga kenyang.Akhirnya bayi hanya mendapat foremillk saja. Sebaiknya berikan ASI secara ekslusif. Perbaiki penatalaksanaan pemberian agar bayi bisa mendapat foremilk dan hindmilk. Kiatnya : susui bayi dengan salah satu payudara sampai ASI habis baru pindah ke payudara berikutnya.


Warna feses merah
Feses merah pada bayi disebabkan adanya tetesan darah yang menyertai. Namun bidan harus melihat apakah merah itu disebabkan dari tubuhnya sendiri atau dari ibunya. Jika bayi sempat menghisap darah ibunya pada proses persalinan, maka pada fesesnya akan ditemukan bercak hitam yang merupakan darah. Umumnya bercak itu muncul selama satu sampai tiga hari. Jadi tinggal di test saja, asalnya dari mana dari darah ibu atau dari darah bayi. Bila darah itu tetap muncul pada fesesnya (bisa cair ataupun bergumpal), dan ternyata bukan berasal dari darah ibu, maka perlu diperiksa lebih lanjut. Kemungkinnanya hanya dua, yaitu Alergi susu formula bila bayi sudah mendapatkannya, dan penyumbatan pada usus yang disebut invaginasi, fua-duanya butuh penanganan. Darah ini sangat jarang berasal dari dysentri amuba dan basiler, karena makanan bayi belum banyak ragamnya dan belum makan makanan yang kotor. Kalau penyakitnya serius, biasanya bayi juga punya keluhan lain seperti perutnya membuncit atau menegang, muntah, demam, rewel dan kesakitan.
Warna feses kuning pucat atau keabu-abuan
Waspada !!!....baik yang encer maupun padat. Warna putih menunjukkan gangguan yang paling riskan. Bisa disebabkan gangguan pada hati atau penyumbatan saluran empedu. Ini berarti cairan empedunya tidak bisa mewarnai feses dan ini tidak boleh terjadi, saat itu juga haruas dibawa ke dokter. Yang sering terjadi ibu terlambat membawa bayinya, difikirnya feses ini nantinya akan berubah, padahal kalau dibiarkan bayi sudah tidak bisa diapa apakan lagi karena umumnya sudah mengalami kerusakan hati. Tindakannya hanya tinggal transplantasi hati yang masih merupakan tindakan pengbobatan yang sangat mahal di Indonesia.

3. BAK
Bayi baru lahir cenderung sering BAK yaitu 7 – 10 x sehari. Untuk menjaga bayi tetap bersih, hangat dan kering maka setelah BAK harus diganti popoknya.


4. Tidur

* Dalam 2 minggu pertama setelah lahir, bayi normalnya sering tidur. Sediakan selimut dan ruangan yang hangat dan pastikan bayi tidak terlalu panas atau dingin.
* Pola tidur bayi masih belum teratur karena jam biologis yang belum matang. Tetapi perlahan – lahan akan bergeser sehingga lebih banyak waktu tidur di malam hari dibandingkan dengan siang hari. Keluhan gangguan tidur biasanya datang dari orang tuanya yang sulit menerima jam tidur bayi. Dikatakan bahwa orang tua kekurangan tidur 2 jam setiap harinya hingga bayi berusia 5 bulan sampai 2 tahun, orang tua kehilangan 1 jam waktu tidur setiap malamnya. Sehingga orang tua pun perlu menyiasati waktu tidurnya sesuai dengan pola tidur bayi. Mulai usia 2 bulan bayi mulai lebih banyak tidur malam dibanding siang. Usia 3-6 bulan jumlah tidudrpun semakin berkurang, kira2 3 kali dan terus berlkurang hingga 2 kali pada usia 6 – 12 bulan. Menjelang 1 tahun biasanya bayi hanya perlu tidur siang satu kali saja dengan total jumlah waktu tidur berkisar antara 12 – 14 jam.

Latih anak agar mengerti bahwa malam hari adalah waktu untuk tidur dan siang hari adalah waktu untuk bangun. Salah satu caranya adalah dengan mengajaknya bermaiin hanya disiang hari saja, tidak di malam hari.
Latih bayi agar mengetahui bahwa tempat tidur adalah tempatnya untuk tidur. Letakkan bayi di tempat tidur saat ia sudah mengantuk, hindari membiarkannya tidur dalam gendongan atau di ruangan lain.
Lampu utama sebaiknya dimatikan, dan nyalakan lampu tidur yang redup
Ketika bayi terbangun, ajari untuk tidur kembali. Jangan nyalakan lampu, tenangkan dengan kata kata lembut. Selanjutnya tinggalkan ia sendiri untuk kembali tidur, jika menangis lagi, biarkan dulu 5 menit baru tenangkan lagi. Berikutnya jika kembali menangis tunggu 10 menit dan seterusnya hingga 15 menit, malam berikutnya tambah waktu tunggu 5 menit yaitu 10 menit, 15 dan 20 menit. Biasanya bayi memerlukan waktu hingga 2-3 malam. Jika gagal henetikan dulu prosedur ini dan coba lagi setelah 1 bulancara ini diperkenalkan oleh Richard Ferber, Boston’s Children Hospital).


Pastikan bayi tidur dengan aman :
v Letakkan bayi pada permukaan rata yang tidak terlalu empuk. Pasang seprei atau alas dengan cermat agar tidak mudah lepas
v Jangan merokok disekitar bayi
v Jangan biarkan bayi terlalu hangat, jangan berlebihan dalam membuntal bayi ketika tidur.
v Jika khawatir kepala bayi akan peyang jika terlalu sering tidur terlentang, tengkurapkan bayi saat bangun dan ada yang mengawasi. Atau ubah sesekali posisi kepala saat bayi tidur terlentang.

2. Kebersihan kulit
Muka, pantat dan tali pusat bayi perlu dibersihkan secara teratur. Mandi seluruh tubuh setiap hari tidak harus selalu dilakukan. Selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi.

3. Keamanan
Jangan sekali – kali meninggalkan bayi tanpa ada yang menunggu. Hindari pemberian apapun ke mulut bayi selain ASI, karena bayi bisa tersedak. Jangan menggunakan alat penghangat buatan di tempat tidur bayi.

4. Tanda – tanda bahaya
Sebagian besar bayi akan menangis atau bernafas secara spontan dalam waktu 30 detik setelah lahir.
· Bila bayi tersebut menangis/ bernafas (terlihat dari pergerakan dada paling sedikit 30 kali per menit), biarkan bayi tersebut dengan ibunya.
· Bila bayi tersebut tidak bernafas dalam waktu 30 detik, segeralah cari bantuan, dan mulailah langkah-langkah resusitasi bayi tersebut.
Penanganan ; persiapkan kebutuhan resusitasi untuk setiap bayi dan siapkan rencana untuk meminta bantuan, khususnya bila ibu tersebut memiliki riwayat eklamsia, perdarahan persalinan lama atau macet, persalinan dini atau infeksi.

· Jika bayi tidak segera bernafas, lakukan hal-hal sebagai berikut
1. Keringkan bayi dengan dengan selimut atau handuk yang hangat.
2. Gosoklah punggung bayi tersebut dengan lembut.
· Jika bayi masih belum mulai bernafas setelah 60 detik mulai resusitasi.
· Apabila bayi sianosis (kulit biru) atau sukar bernafas (frekuensi pernafasan kurang dari 30 atau lebih dari 60 kali per menit), berilah oksigen kepada bayi dengan kateter nasal atau nasal prongs.

Tanda-Tanda Bahaya Dibagi menjadi Dua:
1. Tanda-tanda bahaya yang harus dikenali oleh ibu yaitu
* Pemberian ASI sulit, sulit menghisap, atau hisapan lemah
* Kesulitan bernafas, yaitu pernafasan cepat > 60/ menit atau menggunakan otot nafas tambahan.
* Letargi – bayi terus – menerus tidur tanpa bangun untuk makan.
* Warna abnormal-kulit/ bibir biru (sianosis) atau bayi sanagt kuning.
* Suhu terlalu panas (febris) atau terlalu dingin (hipotermia).
* Tanda atau prilaku abnormal atau ttidak biasa.
* Gangguan gastrointestinal, misalnya tidak brtinja selama 3 hari pertama setelah lahir, muntah terus menerus, muntah dan perut bengkah, tinja hijau tua atau brdarah/ lender.
* Mata benggkak atau mengeluarkan cairan.

2. Tanda-tanda bahaya yang harus diwaspadai pada bayi baru lahir.
Pernafasan- sulit atau lebih dari 60 kali permenit.
Kehangatan terlalu panas ( > 38° c atau terlalu dingin < 36ºc)
Warna kuning (terutama pada 24 jam pertama), biru atau pucat, memar.
Pemberian makan, hisapan lemah , mengantuk berlebihan, banyak muntah.
Tali pusat merah, bengkak,keluar cairan (nanah), bau busuk, pernafasan sulit.
Tinja / kamih-tidak berkemih dalam 24 jam, tinja lembek, sering, hijau tua, ada lender atau darah pada tinja.
Aktivitas- menggigil atau tangis tidak biasa, sangat mudah tersinggung, lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang, kejang halus, tidak bias tenang, menangis terus menerus.

A. PENANGANAN
Ø Beri ASI sesuai dengan kebutuhan setiap 2-3 jam (paling sedikit setiap 4 jam) mulai dari hari pertama.
Ø Pertahankan agar bayi selalu dengan ibu.
Ø Jaga bayi dalam keadaan bersih, hangat dan kering dengan mengambil popok dan selimut sesuai denagn keperluan. Pastikan bayi tidak terlalu panas dan terlalu dingin ( dapat menyebabkan dehidrasi, ingat bahwa kemampuan pengaturan suhu bayi masih dalam perkembangan). Apa saja yang dimasukkan kedalam mulut bayi harus bersih.
Ø Jaga tali pusat dalam keadaan bersih dan kering.
Ø Peganglah, sayangi dan nikmati kehidupan bersama bayi.
Ø Awasi masalah dan kesulitan pada bayi dan minta bantuan jika perlu.
Ø Jaga keamanan bayi terhadap traumadan penyakit atau infeksi.
Ø Ukur suhu tubuh bayi jika tampak sakit atau menyusu kurang baik.

Penyuluhan sebelum bayi pulang
Perawatan tali pusat
Pemberian ASI
Jaga Kehangatan Bayi
Tanda – tanda bahaya
Imunisasi
Perawatan harian atau rutin
Pencegahan infeksi dan kecelakaan





ASUHAN RUTIN BBL

1. Asuhan segera bayi baru lahir

Adalah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut selama jam pertama setelah kelahiran. Aspek-aspek penting asuhan segera bayi baru lahir

1. Memantau pernafasan dan warna kulit bayi setiap 5 menit sekali
2. Jaga agar bayi tetap kering dan hangat dengan cara ganti handuk atau kain yang basah dan bungkus bayi dengan selimut serta pastikan kepala bayi telah terlindung baik

Memeriksa telapak kaki bayi setiap 15 menit:
a. Jika telapak bayi dingin periksa suhu aksila bayi
b. Jika suhu kurang dari 36,5 derajat c segera hangatkan bayi.

3. Kontak dini dengan bayi

Berikan bayi kepada ibunya secepat mungkin untuk:
- Kehangatan yaitu untuk mempertahankan panas
- Untuk ikatan batin dan pemberian asi
Jangan pisahkan ibu dengan bayi dan biarkan bayi bersama ibunya paling sedikit 1 jam setelah persalinan

2. Asuhan bayi baru lahir

asuhan yang diberikan dalam waktu 24 jam. Asuhan yang diberikan adalah:
1. Lanjutkan pengamatan pernafasan, warna dan aktifitas
2. Pertahankan suhu tubuh bayi
- Hindari memandikan minimal 6 jam dan hanya setelah itu jika tidak terdapat masalah medis serta suhunya 36,5 derajat c atau lebih.
- Bungkus bayi dengan kain yang kering/hangat
- Kepala bayi harus tertutup
3. Pemeriksaan fisik bayi
Butir-butir penting pada saat memeriksa bayi baru lahir
- Gunakan tempat yang hangat dan bersih
- Cuci tangan sebelum dan sesudah memeriksa, gunakan sarung tangan, dan bertindak lembut pada saat menangani bayi.
- Lihat, dengar dan rasakan tiap-tiap daerah mulai dari kepala sampai jari-jari kaki.
- Jika ada faktor resiko dan masalah minta bantuan lebih lanjut jika di perlukan.
- Rekam hasil pengamatan.
4. Berikan Vitamin K untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi.Vit. K pada BBL hal-hal yang harus dilakukan adalah:
- Semua BBL normal dan cukup bulan berikan Vit.K peroral 1 mg/hari selama 3 hari.
- Bayi resti berikan Vit. K parletral dengan dosis 0.5-1 mg
5. Identifikasi bayi
Merupakan alat pengenal bayi agar tidak tertukar.
6. Perawatan lain
a. Lakukan perawatan tali pusat
b. Dalam waktu 24 jam dan sebelum ibu dan bayi pulang ke rumah beri imunisasi BCG, Polio Oral, dan Hepatitis B.
c. Ajarkan tanda-tanda bahaya bayi pada orang tua.
d. Ajarkan pada orang tua cara merawat bayi
e. Beri ASI sesuai kebutuhan setiap 2-3 jam
f. Pertahankan bayi agar selalu dekat ibu.
g. Jaga bayi dalam keadaan bersih, hangat dan kering.
h. Jaga tali pusat dalam keadaan bersih dan kering
i. Peganglah, sayangi dan nikmati kehidupan bersama bayi.
j. Awasi masalah dan kesulitan pada bayi.
k. Jaga keamanan bayi terhadap trauma dan penyakit/infeksi.
l. Ukur suhu tubuh bayi jika tampak sakit/menyusu urang baik.






Ketika pasien mau pulang, sebaiknya bidan melakukan evaluasi sebagai berikut :
* Tanda – tanda vital bayi, tangisan, warna kulit, tonus otot dan tingkat aktifitas.
* Apakah bayi sudah b a b
* Apakah bayi sudah dapat menyusu dengan benar
* Apakah ibu menunjukkan bahwa ia sudah dapat menangani neonatal dengan benar
* Apakah suami dan keluarga sudah dilibatkan dalam hal perawatan neonatal
* Apakah sudah cukup persediaan pakaian/perlengkapan bayi di rumah
* Apakah keluarga memiliki rencana tindak lanjut kunjungan
* Apakahmemiliki rencana transportasi ke rumah