Kemudian sobat cari kode Ganti kode dengan kode di bawah ini : si isma: Partograf Model WHO

Jumat, 29 Juli 2011

Partograf Model WHO

Berdasarkan pengamatan WHO, angka kematian ibu adalah sebesar 500.000 jiwa dan angka kematian bayi sebesar 10.000.000 jiwa setiap tahunnya. Jumlah tersebut sebenarnya masih diragukan karena besar kemungkinan kematian ibu dan bayi yang tidak dilaporkan. Kejadian kematian ibu dan bayi sebagian besar terdapat di negara berkembang yaitu sekitar 98% sampai 99%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemungkinan kematian ibu dan bayi di negara berkembang 100 kali lebih tinggi dibandingkan dengan negara maju.

Kematian maternal dapat terjadi pada saat pertama pertolongan persalinan. Penyebab utama kematian ibu adalah trial klasik (perdarahan, infeksi, gestosis). Sedangkan penyebab kematian perinatal adalah asfiksia neonatorum, trauma persalinan, prematuritas atau berat bayi lahir rendah (BBLR), dan infeksi neonatorum.

Berdasarkan penyebab kematian maternal dan perinatal dapat dikemukakan bahwa masih terdapat kelemahan dalam hal:
• Melakukan pengawasan antenatal untuk menetapkan risiko kehamilan.
• Menentukan penyulit kehamilan untuk segera mendapat pertolongan dan pengayoman serta pelayanan medis.
• Sistem rujukan.
• Sarana pertolongan medis.
• Pertolongan persalinan (dukun).
• Pelaksanaan KB (belum merata).

Memperhatikan pernyataan tersebut, Bank Dunia, WHO, UNFPA, dan beberapa organisasi donor dunia menyelenggarakan konperensi Safe Motherhood di Nairobi, Kenya, dengan tujuan mendorong gerakan dunia untuk memperhatikan kesejahteraan ibu sehingga angka kematian maternal dan perinatal dapat diturunkan.

Konsep partograf WHO
Hubungan pembukaan serviks, penurunan kepala janin (bagian terendah) berkaitan dengan waktu persalinan untuk pertama kalinya dikemukakan oleh Friedman. Friedman menemukan bahwa gambaran hubungan pembukaan serviks dan waktu persalinan berbentuk huruf “S” yang kemudian dikenal dengan “kurva Friedman” tahun 1954.

Hedricks dkk pada tahun 1969 dalam penelitiannya melihat bahwa terdapat perbedaan kurva Friedman, diantara primigravida dan multigravida pada fase aktif maupun fase latennya. Seandainya kedua bentuk asli kurva Friedman disampaikan dan diajarkan kepada petugas kesehatan khus. usnya bidan, maka terdapat berbagai kesulitan dalam penerapannya. Oleh karena itu, badan pekerja WHO (informal working group WHO) mencetuskan gagasan modifikasi kurva Friedman manjadi “Partograf WHO.”

Partograf WHO menetapkan dasar sebagai berikut:
1. Fase aktif mulai pembukaan 3 cm.
2. Fase laten lamanya 8 jam.
3. Pada fase aktif pembukaan untuk primi dan multigravida sama tidak boleh kurang dari 1 cm/jam.
4. Pemeriksaan dalam hanya dilakukan dengan interval waktu 4 jam.
5. Keterlambatan persalinan selama 4 jam, memerlukan intervensi medis, dengan mempertimbangkan indikasi, dan keadaan umum ibu maupun janinnya.

Komponen dalam partograf WHO
Dalam setiap partograf WHO hams tercantum tiga komponen pokok, yaitu:

1. Rekaman kemajuan persalinan.
a. Pembukaan serviks.
b. Penurunan kepala.
c. Kekuatan his dan mulai mengejan.

2. Keadaan janin.
a. Denyut jantung janin.
b. Air ketuban.
c. Maulage kepala janin.

3. Rekaman tentang ibunya.
a. Keadaan umum: tensi. nadi, temperatur.
b. Keseimbangan cairan: infus, produksi urin.
c. Tentang urin: jumlah, proteinuria, dan keton bodi (aseton).

Rekaman kemajuan persalinan.
a. Pembukaan serviks.
Dasar ketetapan partograf WHO, fase aktif mulai pembukaan 3 cm dan perhitungan setiap jam pembukaan minimal 1 cm. maka pembukaan lengkap tercapai dalam waktu 7 jam. Perhitungan fase laten selama 8 jam dan ditetapkan pembukaan sebesar 3 cm, maka dari kedua titik tersebut akan dapat dibuat garis yang mencerminkan kurva partograf WHO yang normal. Garis ini dikenal sebagai garis waspada. Kelambatan persalinan masih dapat diadaptasi selama 4 jam dan selebihnya harus diambil tindakan definitif. Garis sejajar dengan garis waspada yang dibuat dengan memperhitungkan kelambatan persalinan selama 4 jam disebut garis tindakan. Dari jalannya pembukaan serviks persalinan masih dapat dianggap wajar bila terjadi di antara garis waspada dan garis tindakan, yaitu kelambatan persalinan selama 4 jam. Kelambatan persalinan lebih dari 4 jam sudah dapat menimbulkan berbagai penyulit terhadap ibu maupun bayinya sehingga meningkatkan kesakitan dan kematian.

b. Penurunan kepala.
Sebelum inpartu kepala dianggap berada satu telapak tangan (lima jari) di atas simfisis. Pada primigravida dimana kepala janin telah masuk PAP minggu 36, berarti kemungkinan tidak berhadapan dengan kesempitan panggul.

Dengan memperhitungkan kepala lima jari diatas simfisis, dan selanjutnya his akan menyebabkan penurunan kepala dengan perhitungan sebagai berikut:

Perhitungan Penurunan Kepala

Penurunan ini diukur dengan jari di atas simfisis (perlimaan).

c. Kekuatan his.
Kekuatan his diperhitungkan dalam 10 menit.
• 2 sampai 3 kali, durasi kurang dari 20 detik.
• 4 kali, durasi 20 sampai 40 detik.
• 5 kali, durasi lebih dari 40 detik.

Rekaman keadaan janin.

a. Denyut jantung janin.
• Denyut jantung janin normal 120 sampai 160 per menit.
• > 160/menit—takikardi, permulaan asfiksia.
• < 120/menit—bradikardi, asfiksia lebih lanjut, apalagi disertai keadaan iriguleritas.
• < 100/menit asfiksia intrauterin herat apa lagi disertai iriguleritas.

b. Air ketuban.
Air ketuban dapat memberikan petunjuk tentang keadaan janin dalam rahim berkaitan dengan asfiksia intrauterin. Air ketuban yang perlu mendapat perhatian adalah:
• Jumlahnya
• Warnanya: jernih (C-clear); campur mekoneum (M- meconeum); kurang (A-absent).

c. Moulage tulang kepala.
Moulage tulang kepala memberikan petunjuk tentang panggul, yang ditetapkan dengan kriteria sebagai berikut:
0 = sutura masih teraba
+ = tulang kepala menempel
++ = tulang kepala saling menindih
+++ = tulang kepala tumpang tindih berat

Keadaan ibu.
Keadaan ibu yang patut direkam dan diperhitungkan dalam pertolongan persalinan adalah:
a. Keadaan umum.
• Tekanan darah
• Nadi dan suhu aksila dan rektal.

b. Keseimbangan cairan.
• Bila mendapat infus atau persalinan dengan induksi.

c. Produksi urin.
• Jumlahnya diperhitungkan dengan cairan yang masuk.
• Proteinuria.
• Keton bodi.

Pustaka
Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan Oleh Prof. Dr. Ida Bagus Gde Manuaba

Tidak ada komentar:

Posting Komentar